UPAYA PENEGAKAN KHILAFAH DAN SYARIAH DI INDONESIA: GAMBARAN BENTURAN IDENTITAS KEAGAMAAN DI ERA KONTEMPORER
Proceeding AMIPEC
View Archive InfoField | Value | |
Title |
UPAYA PENEGAKAN KHILAFAH DAN SYARIAH DI INDONESIA: GAMBARAN BENTURAN IDENTITAS KEAGAMAAN DI ERA KONTEMPORER
|
|
Creator |
Wibowo, Prihandono -
Zamzamy, Ahmad - |
|
Description |
Penegakan khilafah dan syariah di Indonesia menjadi wacana popular dalam fenomena keagamaan di Indonesia pada akhir-akhir ini. Kelompok kelompok Islam yang memiliki agenda tersebut memiliki beragam metode dalam upaya mewujudkan penerapan syariah dan tegaknya khilafah. Namun upaya tersebut harus berkontestasi dengan elemen kelompok Islam lokal lainnya yang lebih berprinsip nasionalisme dan demokrasi. Konstetasi kedua arus gerakan tersebut dapat berbentuk hanya sekedar saling mengkritik, perdebatan, intimidasi, hingga menjurus ke kontak fisik. Berdasar studi literatur dari berbagai referensi mengenai kajian sosiologi maupun kajian politik internasional, terdapat dua hal penting dari fenomena tersebut. Hal pertama, fenomena kontestasi dua arus gerakan tersebut adalah gambaran benturan antar identitas. Di satu sisi, terdapat kelompok “fundamentalis†yang merindukan idealisme keagamaan. Sedangkan di sisi lain, terdapat kelompok “modernis†yang menerima kondisi riil kontemporer sebagai kenyataan. Hal kedua, keberadaan kelompok fundamentalis merupakan salah satu reaksi dari modernisasi yang identik dengan identitas Barat.Modernisasi identik beriringan dengan proses westernisasi, sekulerisme, kapitalisme, dan individualisme. Terlebih pada awalnya, Barat membawa modernisasi melalui instrument kolonialisme dan imperialisme. Modernisasi juga identik dengan penggunaan rasionalisme dan empirisme yang seolah banyak menggantikan peran agama dalam menjelaskan berbagai masalah di dunia kontemporer. Modernisasi berjalan masif dan terstruktur ke seluruh lapisan kehidupan sosial. Fundamentalisme agama merupakan salah satu bentuk reaksi dari proses modernisasi tersebut. Pada dasarnya, fenomena fundamentalisme ini juga ditemukan di agama-agama lain. Kelompokkelompok fundamentalis ingin menggantikan tatanan dunia kontemporer dengan konstruksi visi dunia yang mereka tafsirkan. Kemunculan fundamentalisme agama merupakan hal lumrah jika ditinjau sebagai salah satu bentuk reaksi atas proses modernisasi. Permasalahannya, keinginan kelompok-kelompok fundamentalis tersebut harus berbenturan dengan struktur, nilai, dan norma sosial masyarakat yang telah mengalami proses modernisasi versi Barat. Jika ingin diterima secara luas, kelompok-kelompok fundamentalis memiliki tugas menerjemahkan visi mereka kepada masyarakat modern. Kelompok-kelompok tersebut harus mampu meyakinkan khalayak dengan menjawab berbagai pertanyaan yang ditujukan kepada mereka. Tentu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak hanya mengandalkan terbatas pada apologi keimanan. Kelompok-kelompok tersebut harus mampu memberi jawaban secara rasional. Selama tidak mampu menjawab berbagai pertanyaan secara rasional, maka kelompok-kelompok fundamentalis tetap mendapat resistensi dari masyarakat.
|
|
Publisher |
Proceeding AMIPEC
|
|
Date |
2016-12-01
|
|
Type |
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion Peer-reviewed Article |
|
Format |
application/vnd.openxmlformats-officedocument.wordprocessingml.document
|
|
Identifier |
https://ejournal.uniramalang.ac.id/index.php/amipec/article/view/34
|
|
Source |
Proceeding AMIPEC; Vol. 2 No. 2 (2016): Jurnal Annual Malang International Peace Conference
|
|
Language |
eng
|
|
Relation |
https://ejournal.uniramalang.ac.id/index.php/amipec/article/view/34/17
|
|
Rights |
Copyright (c) 2017 Proceeding AMIPEC
|
|