MEMAHAMI KONSEP NIAT DALAM BERIBADAH HINGGA ISTITHA’AH HAJI DALAM STUDI FIQH
Tadris : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan Islam
View Archive InfoField | Value | |
Title |
MEMAHAMI KONSEP NIAT DALAM BERIBADAH HINGGA ISTITHA’AH HAJI DALAM STUDI FIQH
|
|
Creator |
Rinwanto
Shofiyullahul Kahfi |
|
Subject |
Niat
Isthitha’ah Studi fiqh |
|
Description |
Fiqih menawarkan sebuah jawaban yang beragam terhadap berbagai fenomena kehidupan masyarakat baik dalam peribadatan maupun dalam muamalah. Menurut Syekh Zainudin Al-Malibari di dalam kitab Mandhûmatu Hidâyatil Adzkiyâ’ ilâ Tharîqil Auliyâ’, di mana kitab ini diberi penjelasan oleh Sayid Bakri Al-Makki dalam kitab Kifâyatul Atqiyâ’ wa Minhâjul Awliyâ’, bahwa ada 3 (tiga) ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap orang Muslim dengan kewajiban fardlu ‘ain. Ketiga ilmu itu adalah ilmu yang menjadikan ibadah menjadi sah, ilmu yang mengesahkan aqidah, dan ilmu yang menjadikan hati bersih. Dalam kitab itu Al-Malibari menuturkan: وعقيدة ومزكي القلب اصقلا وتعلمن علما يصحح طاعــة واعمل بها تحصل نجاة واعتلا هذا الثلاثة فرض عين فاعرفن Pelajarilah ilmu yang mengesahkan ketaatan mengesahkan aqidah serta mensucikan hati Ketiganya ini fardlu ain hukumnya, ketahuilah amalkanlah, maka terwujud keselamatan dan kehormatan Inilah tiga ilmu yang setiap orang Islam wajib mempelajarinya. Ilmu yang menjadikan sahnya ibadah kepada Allah adalah ilmu fiqih yang membahas tentang bagaimana semestinya seorang Muslim beribadah kepada Allah. Sebagai contoh, setiap Muslim wajib mempelajari ilmu tentang bagaimana caranya shalat yang benar dan baik. Juga ia wajib mempelajari berbagai ilmu yang berkaitan dengan keabsahan shalat, seperti caranya bagaimanakah niat dalam beribadah, tata cara dan sarana yang digunakan untuk bersuci, cara mensucikan berbagai macam najis, bertayamum, beristinja dan lain sebagainya. Seorang Muslim juga wajib mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan ibadah-ibadah lain seperti puasa, zakat, haji dan lain sebagainya. Ilmu-ilmu ini fardlu ain hukumnya untuk dipelajari mengingat amalan seseorang yang tidak didasari dengan ilmu maka amalan yang dilakukannya itu menjadi batal, tak diterima. Sebagaimana dituturkan Ibnu Ruslan dalam kitab Zubad: وكل من بغير علم يعمل أعماله مردودة لا تقبل Setiap orang yang beramal tanpa ilmu Maka amalnya tertolak, tak diterima Tulisan ini disusun dengan menggunakan metode kepustakaan.Yaitu dengan membaca, memahami, dan menyimpulkan data-data yang dikumpulkan dari sumber-sumber yang bisa diakses. Fiqih menawarkan sebuah jawaban yang beragam terhadap berbagai fenomena kehidupan masyarakat baik dalam peribadatan maupun dalam muamalah. Menurut Syekh Zainudin Al-Malibari di dalam kitab Mandhûmatu Hidâyatil Adzkiyâ’ ilâ Tharîqil Auliyâ’, di mana kitab ini diberi penjelasan oleh Sayid Bakri Al-Makki dalam kitab Kifâyatul Atqiyâ’ wa Minhâjul Awliyâ’, bahwa ada 3 (tiga) ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap orang Muslim dengan kewajiban fardlu ‘ain. Ketiga ilmu itu adalah ilmu yang menjadikan ibadah menjadi sah, ilmu yang mengesahkan aqidah, dan ilmu yang menjadikan hati bersih. Dalam kitab itu Al-Malibari menuturkan: وعقيدة ومزكي القلب اصقلا وتعلمن علما يصحح طاعــة واعمل بها تحصل نجاة واعتلا هذا الثلاثة فرض عين فاعرفن Pelajarilah ilmu yang mengesahkan ketaatan mengesahkan aqidah serta mensucikan hati Ketiganya ini fardlu ain hukumnya, ketahuilah amalkanlah, maka terwujud keselamatan dan kehormatan Inilah tiga ilmu yang setiap orang Islam wajib mempelajarinya. Ilmu yang menjadikan sahnya ibadah kepada Allah adalah ilmu fiqih yang membahas tentang bagaimana semestinya seorang Muslim beribadah kepada Allah. Sebagai contoh, setiap Muslim wajib mempelajari ilmu tentang bagaimana caranya shalat yang benar dan baik. Juga ia wajib mempelajari berbagai ilmu yang berkaitan dengan keabsahan shalat, seperti caranya bagaimanakah niat dalam beribadah, tata cara dan sarana yang digunakan untuk bersuci, cara mensucikan berbagai macam najis, bertayamum, beristinja dan lain sebagainya. Seorang Muslim juga wajib mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan ibadah-ibadah lain seperti puasa, zakat, haji dan lain sebagainya. Ilmu-ilmu ini fardlu ain hukumnya untuk dipelajari mengingat amalan seseorang yang tidak didasari dengan ilmu maka amalan yang dilakukannya itu menjadi batal, tak diterima. Sebagaimana dituturkan Ibnu Ruslan dalam kitab Zubad: وكل من بغير علم يعمل أعماله مردودة لا تقبل Setiap orang yang beramal tanpa ilmu Maka amalnya tertolak, tak diterima Tulisan ini disusun dengan menggunakan metode kepustakaan.Yaitu dengan membaca, memahami, dan menyimpulkan data-data yang dikumpulkan dari sumber-sumber yang bisa diakses. |
|
Publisher |
Program Studi PAI, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama Tuban
|
|
Date |
2020-02-03
|
|
Type |
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion Peer-reviewed Article |
|
Format |
application/pdf
|
|
Identifier |
https://ejournal.iainutuban.ac.id/index.php/tadris/article/view/59
10.51675/jt.v13i2.59 |
|
Source |
Tadris : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan Islam; Vol 13 No 2 (2019): Tadris : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan Islam; 11-21
Tadris : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan Islam; Vol 13 No 2 (2019): Tadris : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Pendidikan Islam; 11-21 2745-7869 2338-1612 10.51675/jt.v13i2 |
|
Language |
ind
|
|
Relation |
https://ejournal.iainutuban.ac.id/index.php/tadris/article/view/59/62
|
|