MEREKONSTRUKSI PERADABAN ISLAM DI INDONESIA DENGAN MEWUJUDKAN KALENDER HIJRIYAH
Al-Mabsut : Jurnal Studi Islam dan Sosial
View Archive InfoField | Value | |
Title |
MEREKONSTRUKSI PERADABAN ISLAM DI INDONESIA DENGAN MEWUJUDKAN KALENDER HIJRIYAH
|
|
Creator |
Rohmah, Nihayatur
|
|
Subject |
Peradaban
Kalender Hijriyah |
|
Description |
Kalender merefleksikan daya lenting dan kekuatan suatu peradaban, sehingga dengan demikian kehadiran kalender yang akurat dan konsisten merupakan suatu tuntutan peradaban (civilization imperative). Sejarah perkembangan dunia memperlihatkan bahwa ruang dan waktu menjadi pondasi utama terbangunnya peradaban. Namun demikian peradaban modern utamanya Barat, perkembangannya tak lepas dari teori yang diperkenalkan oleh Anthony Giddens yakni mekanisme disembedding yang diwujudkan dalam pemisahan antara waktu dan ruang. Pemisahan ini menghasilkan waktu global yang dimaknai menjadi token untuk membangun kepercayaan. Dunia Islam yang masih sering terbentur pada dualisme oposisional metode hisab dan rukyat perlu mereposisi keduanya agar dapat membangun sistem waktu global sebagai sebuah instrument untuk pembentukan organisasi social yang juga bersifat global. Kalender hijriyah digagas tidak semata untuk kepentingan administratif bisnis dan politik, namun yang lebih penting adalah guna kepastian waktu ibadah. Ketika kalender dipaksakan menjadi kalender yang berbasis global (waktu berlaku satu dan sama untuk semua lokasi/ruang), maka tentu akan berbenturan dengan kaidah waktu ibadah yang bersifat local kecuali ketika kehadiran kalender hijriyah ini berlaku untuk kepentingan non ibadah. Mengkontekstualisasikan teori Giddens di atas dengan konteks ke Indonesiaan, maka kita memahami arti disembedding atau pemisahan antara ruang dan waktu berskala nasional. Selama ini, yang dianggap sebagai akar permasalahan dalam perbedaan penentuan awal bulan hijriyah terletak pada pemahaman aspek metodologis yakni hisab dan rukyat. Namun, faktanya untuk saat ini tidaklah demikian. Sudah saatnya mengakhiri dikotomi antara Rukyat dan hisab dan kemudian bersama-sama berfikir untuk membangun peradaban Islam yang termanifestasi dalam wujud kalender Islam yang mapan. Merekonstruksi arti disembedding ruang dan waktu dalam konteks Indonesia adalah proses separasi yang menjadikan waktu dan ruang menjadi konfigurasi baru yang tidak lagi terbatas dari lokalitas internal ormas keagamaan, terbatasnya pemahaman antara metodologis hisab atau rukyat sehingga waktu menjadi bersifat nasional dengan konsep Matla‟ Wilayatul Hukmi.
|
|
Publisher |
Institut Agama Islam Ngawi
|
|
Date |
2016-04-01
|
|
Type |
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion Peer-reviewed Article |
|
Format |
application/pdf
|
|
Identifier |
https://ejournal.iaingawi.ac.id/index.php/almabsut/article/view/107
|
|
Source |
Al-Mabsut : Jurnal Studi Islam dan Sosial; Vol. 10 No. 1 (2016): MARET; 75-93
Al-Mabsut: Jurnal Studi Islam dan Sosial; Vol 10 No 1 (2016): MARET; 75-93 2502-213X 2089-3426 |
|
Language |
ind
|
|
Relation |
https://ejournal.iaingawi.ac.id/index.php/almabsut/article/view/107/76
|
|
Rights |
Copyright (c) 2017 Nihayatur Rohmah
|
|