PARADIGMA PEMIKIRAN TAWASSUL DAN TABARRUK SAYYID AHMAD BIN ZAINI DAHLAN DITENGAH MAYORITAS TEOLOGI MADZHAB WAHABY
Jurnal Theologia
View Archive InfoField | Value | |
Title |
PARADIGMA PEMIKIRAN TAWASSUL DAN TABARRUK SAYYID AHMAD BIN ZAINI DAHLAN DITENGAH MAYORITAS TEOLOGI MADZHAB WAHABY
|
|
Creator |
Farih, Amin
|
|
Subject |
Zaini Dahlan, Tawassul, Tabarruk, Wahhaby, hadīth ṣaḥīh
|
|
Description |
According to Sayyid Ahmad ibn Zaini Dahlan that the essence of Tawassul is part of the method of praying, and part of the methodology turn towards Allah swt, tawassul no meaning to humans or creatures ask when praying. But the essence of tawassul goal is to ask Allah swt. Tawassul not act or something ḍarūri/must be implemented so that no tawassul then his prayers are not accepted, but tawassul is as a medium, the method pray to Allah SWT. No one was Muslims who reject the validity tawassul with deeds. Whoever fasts, prayer, reading the Qur'an or charity means he has tawassul with fasting, prayers, readings, and donations. While the Tabarruk is part of the model tawassul to Allah SWT through atsar of mutabarrak (people taken his blessing) is considered to have the blessing because the mutabarrak to Allah SWT and because mutabarrak loved by Allah SWT like the prophets and servants who are pious. So the essence of tabarruk goal is to ask Allah SWT through his beloved servant. As tabarruk with shaleh people so because they believe in the primacy and closeness to Allah SWT to continue to believe their inability to give the goodness or badness refused except by permission of Allah SWT.Menurut Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan bahwa hakekat tawassul adalah bagian dari metode berdoa, dan bagian dari metodologi menghadap kepada Allah swt, tawassul tidak mempunyai arti meminta kepada manusia atau makhluk ketika berdoa. Namun hakekat tujuan dari tawassul adalah memohon kepada Allah swt. Tawassul tidaklah perbuatan atau sesuatu yang ḍarūri/wajib dilaksanakan sehingga kalau tidak tawassul maka doanya tidak diterima, namun tawassul adalah sebagai media, metode berdoa kepada Allah SWT. Tidak ada seorang pun kaum muslimin yang menolak keabsahan tawassul dengan amal shalih. Barangsiapa yang berpuasa, sholat, membaca Al-Qur'an atau bersedekah berarti ia telah bertawassul dengan puasa, sholat, bacaan, dan sedekahnya. Sedang Tabarruk adalah bagian dari model tawassul kepada Allah SWT melalui atsar dari mutabarrak (orang yang dialap berkahnya) dianggap memiliki keberkahan karena kedekatan mutabarrak kepada Allah SWT dan karena mutabarrak dicintai oleh Allah SWT seperti para Nabi dan Hamba-hamba yang sholeh. Maka hakekat tujuan dari tabarruk adalah memohon kepada Allah SWT lewat hamba yang dicintaiNYA. Adapun tabarruk dengan orang-orang maka karena meyakini keutamaan dan kedekatan mereka kepada Allah dengan tetap meyakini ketidakmampuan mereka memberi kebaikan atau menolak keburukan kecuali atas izin Allah SWT.
|
|
Publisher |
Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Indonesia
|
|
Contributor |
—
|
|
Date |
2016-12-27
|
|
Type |
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion Peer-reviewed Article |
|
Format |
application/pdf
|
|
Identifier |
https://journal.walisongo.ac.id/index.php/teologia/article/view/1069
10.21580/teo.2016.27.2.1069 |
|
Source |
Jurnal Theologia; Vol 27, No 2 (2016): TEOLOGI ISLAM DAN ISU-ISU KEBANGSAAN; 279-304
2540-847X 0853-3857 |
|
Language |
eng
|
|
Relation |
https://journal.walisongo.ac.id/index.php/teologia/article/view/1069/pdf
|
|
Rights |
Copyright (c) 2017 Jurnal THEOLOGIA
|
|