KAJIAN INTERTEKSTUALITAS DALAM THOUSAND SPLENDID SUNS KARYA KHALED HOSSEINI TERHADAP PUISI KABUL KARYA SAIB-E-TABRIZI
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan
View Archive InfoField | Value | |
Title |
KAJIAN INTERTEKSTUALITAS DALAM THOUSAND SPLENDID SUNS KARYA KHALED HOSSEINI TERHADAP PUISI KABUL KARYA SAIB-E-TABRIZI
|
|
Creator |
Putri, Trikaloka Handayani
|
|
Description |
Trikaloka Handayani Putri Universitas Pesantren Tinggi Darul’Ulum Jombang princessnaura@gmail.com  Abstrak Teks tidak dapat dipisahkan dari konteks budaya dan sejarah. Dengan demikian, tidak ada teks yang asli dan unik di dalam teks itu sendiri. Konsep ini telah diadopsi oleh kritik intertekstual untuk mendapatkan arti sebenarnya dari sebuah teks. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui intertekstualitas dari sebuah novel berjudul A Thousand Splendid Suns oleh Khaled Hosseini di puisi Kabul oleh Saib-e-Tabrizi. Khaled Hosseini menggunakan puisi Kabul dalam karyanya yang berjudul A Thousand Splendid Suns. Apa yang membuat penelitian ini menarik adalah cara Hosseini menjelaskan Kabul. Hasil dari penelitian ini adalah Kabul di A Thousand Splendid Suns digambarkan sebagai tempat yang penuh dengan kesedihan. Sementara Kabul dalam pikiran Saib-e-Tabrizi adalah tempat yang indah penuh dengan sukacita dan kebahagiaan. Gambaran yang sangat berbeda dari Kabul membutuhkan studi lebih lanjut untuk mendapatkan arti yang sebenarnya. Itulah mengapa studi ini sangat menarik untuk dikaji. kata kunci: intertekstualitas, kritik intertekstual Abstract Any text cannot be separated from the cultural and historical context. Thus, no text is original and unique in itself. This concept has been adopted by the intertextual criticism to get the real meaning of a text. This study tries to find out the intertextuality of a novel entitled A Thousand Splendid Suns by Khaled Hosseini on a poetry Kabul by Saib-E-tabrizi. Khaled Hosseini used the poetry Kabul in his well known works A Thousand Splendid Suns . What makes this study is interesting is the way Hosseini describes Kabul. The result of this research is Kabul in A Thousand Splendid Suns is portrayed as a place which is full of sorrow. While Kabul in Saib-E-Tabrizi’s mind is a beautiful place which full of joy and happiness. This quite different picture of Kabul needs a further study to get the real meaning of those works. That is why this study is made. key words: intertextuality, intertextual criticism Â
|
|
Publisher |
Unipdu Jombang
|
|
Contributor |
—
|
|
Date |
2010-04-12
|
|
Type |
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion Peer-reviewed Article |
|
Format |
application/pdf
|
|
Identifier |
https://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/82
10.26594/diglossia.v1i2.82 |
|
Source |
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol 1, No 2 (2010): April
Diglossia; Vol 1, No 2 (2010): April 2528-6897 2085-8612 |
|
Language |
eng
|
|
Relation |
https://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/82/182
|
|