KONTEKSTUALISASI TAFSIR WARIS LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN: (Pendekatan Hermeneutika Kritis Jurgen Habermas)
Ulumuna: Jurnal Studi Keislaman
View Archive InfoField | Value | |
Title |
KONTEKSTUALISASI TAFSIR WARIS LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN: (Pendekatan Hermeneutika Kritis Jurgen Habermas)
|
|
Creator |
Rohmawati
|
|
Description |
This paper examines the contextualization of interpretations of male and female inheritance using the critical hermeneutic approach of Jurgen Habermas. The idea of critical hermeneutics developed by Habermas seeks to link the interpretation of religious texts with poverty problems such as oppression, injustice, and gender discrimination. The characteristics of Habermas’ ideas on critical hermeneutics put subjects involving in the communication into parallel, coexistent, and dominance-free positions. The interest of text users is stored within the text. Thus, despite interpreter’s horizon, text should be suspected. This is necessary to be done in analyzing Islamic sciences since the proposed concepts could be utilized to reveal the interest or ideology behind the domination of interpretation. Habermas believed that the combination of hermeneutics, emancipatory reflection and analytical knowledge could provide a new basis on critical theory yet setting critical limits on social science absolutism. The dominant interpretation distinguishing men and women in inheritance (2:1) as stated in Q.S. al-Nisa’ verse 11 can be critically reinterpreted according to the text and context on behalf of human liberation from discrimination and injustice orientation.
Tulisan ini mengkaji kontekstualisasi tafsir waris laki-laki dan perempuan dengan pendekatan hermeneutika kritis Jurgen Habermas. Gagasan hermeneutika kritis yang dikembangkan Habermas berupaya mengaitkan penafsiran teks-teks keagamaan dengan problem kemiskinan seperti penindasan, ketidakadilan, dan diskriminasi gender. Ide hermeneutika kritis Habermas memiliki karakteristik menempatkan subjek-subjek yang terlibat dalam komunikasi pada posisi yang sejajar, koeksistens, dan terbebas dari dominasi. Di dalam teks tersimpan kepentingan pengguna teks. Oleh karena itu, selain horizon penafsir, teks harus ditempatkan dalam ranah yang harus dicurigai. Hal ini sangat penting diterapkan dalam menganalisis ilmu-ilmu keislaman, karena konsep-konsep yang ditawarkan dapat digunakan untuk menyingkap muatan kepentingan atau ideologi di balik dominasi pemaknaan. Habermas melihat bahwa kombinasi antara hermeneutika, refleksi emansipatoris, dan pengetahuan analitis dapat memberi basis baru bagi teori kritis sambil meletakan batasan kritis pada absolutisme ilmu sosial. Tafsir dominan yang menempatkan laki-laki dan perempuan secara berbeda dalam kewarisan (2:1) sebagaimana termaktub dalam Q.S. al-Nisa’ ayat 11 dapat dilakukan reinterpretasi secara kritis sesuai teks dan konteks dengan berorientasi pada pembebasan manusia dari diskriminasi dan ketidakadilan. |
|
Publisher |
LP2M IAI Miftahul Ulum Pamekasan
|
|
Date |
2021-09-12
|
|
Type |
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion Peer-reviewed Article |
|
Format |
application/pdf
|
|
Identifier |
http://ejournal.kopertais4.or.id/madura/index.php/ulumuna/article/view/4922
|
|
Source |
Ulumuna: Jurnal Studi Keislaman; Vol. 7 No. 1 (2021); 20-38
Ulumuna: Jurnal Studi Keilsman; Vol 7 No 1 (2021); 20-38 2685-9181 2442-8566 10.36420/ju.v7i1 |
|
Language |
eng
|
|
Relation |
http://ejournal.kopertais4.or.id/madura/index.php/ulumuna/article/view/4922/3262
|
|
Rights |
Copyright (c) 2021 Rohmawati
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 |
|