Konsep Mahar Syar'i Dalam Perspektif Hadis
Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist
View Archive InfoField | Value | |
Title |
Konsep Mahar Syar'i Dalam Perspektif Hadis
KONSEP MAHAR SYAR'I DALAM PERSPEKTIF HADIS |
|
Creator |
Nurmansyah, Ihsan
|
|
Description |
This paper discusses the issue of one of the syar'i dowries in the form of memorizing the Qur'an which is increasingly used by married couples as a dowry in their marriage. In response to this, there are differences of opinion, some are pro and some are contra, of course it is very much influenced by the understanding of the hadith text. Therefore, it is very important to review the understanding of the hadith text by using the ma'anil hadith study. The conclusion is that mahar syar'i, in the form of teaching the Qur'an, is better understood than memorizing the Qur'an, because dowry should be something that can be judged. During the time of the Prophet Muhammad, various forms of dowry were carried out in honor of the wife by adjusting men's abilities, including 50 dirhams worth of household furniture, a gold seed, armor, freeing slaves and a pair of sandals. Of the various variations of the dowry, all of them have value and can be useful for the bride so that the form or amount of the dowry is very flexible according to the appropriateness of society and men's abilities. Thus, mahar syar'i is not only in the form of reading or memorizing the Qur'an.
Tulisan ini membahas tentang persoalan salah satu mahar syar’i berupa hafalan al-Qur’an yang semakin marak digunakan oleh para pasangan suami istri sebagai mahar dalam pernikahannya. Dalam menyikapi hal tersebut, terjadi perbedaan pendapat, ada yang pro dan ada yang kontra, tentunya sangat dipengaruhi oleh pemahaman terhadap teks hadis. Oleh karena itu, sangat penting untuk meninjau ulang pemahaman terhadap teks hadis dengan menggunakan kajian ma’anil hadis. Kesimpulannya adalah mahar syar’i berupa mengajarkan al-Qur’an lebih tepat dipahami dibanding menghafal al-Qur’an, karena seharusnya mahar adalah sesuatu yang bisa dinilai. Di masa Rasulullah Saw, beragam variasi bentuk mahar yang dilakukan sebagai penghormatan kepada istri dengan menyesuaikan kemampuan laki-laki, di antaranya mahar perabot rumah tangga senilai 50 dirham, sebiji emas, baju perang, memerdekakan budak dan sepasang sandal. Dari beragam variasi mahar tersebut, semuanya mempunyai nilai dan bisa bermanfaat bagi mempelai perempuan sehingga bentuk atau jumlah mahar sangat fleksibel sesuai dengan kepatutan masyarakat dan kemampuan laki-laki. Dengan demikian, mahar syar’i tidak hanya dalam bentuk membaca atau menghafal al-Qur’an. |
|
Publisher |
LP2M Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Wali Songo Situbondo
|
|
Date |
2021-12-30
|
|
Type |
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion |
|
Format |
application/pdf
|
|
Identifier |
http://ejournal.stiqwalisongo.ac.id/index.php/albayan/article/view/135
10.35132/albayan.v5i1.135 |
|
Source |
Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist; Vol 5 No 1 (2022): Januari; 62-80
Al-Bayan: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Hadist; Vol 5 No 1 (2022): Januari; 62-80 2615-2568 2621-3699 10.35132/albayan.v5i1 |
|
Language |
eng
|
|
Relation |
http://ejournal.stiqwalisongo.ac.id/index.php/albayan/article/view/135/86
|
|
Rights |
Copyright (c) 2021 Ihsan Nurmansyah
http://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0 |
|