Penafsiran Al-Qur'an Melalui Pendekatan Semiotika Dan Antropologi (Telaah Pemikiran Muhammad Arkoun)
MIYAH : Jurnal Studi Islam
View Archive InfoField | Value | |
Title |
Penafsiran Al-Qur'an Melalui Pendekatan Semiotika Dan Antropologi (Telaah Pemikiran Muhammad Arkoun)
|
|
Creator |
Budiono, Arif
|
|
Description |
Bagi kalangan pembaharu (reformis) muslim, diktum al-Qur’an shalih li kulli zaman wa makan (al-Qur’an selalu sesuai bagi setiap waktu dan tempat) ditempatkan pada kerangka historis-sosiologis-antropologis. Umat Islam harus mampu membuktikan bahwa “al-Qur’an merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan kepada mansuai sebagai ajaran akumulatif dan penyempurna dari ajaran-ajaran kitab suci samawi sebelumnya. Diantara reformis Islam adalah Muhammad Arkoun. Menurutnya, Al-Qur'an merupakan sebuah teks yang bersifat terbuka. Tak satupun penafsiran dapat menutupnya secara tetap dan "ortodoks". Kenyataan ini memberikan konsekwensi logis adanya keinginan umat Islam untuk selalu mendialogkan antara al-Qur’an sebagai teks (nash) yang terbatas, dengan perkembangan problem sosial kemanusiaan yang dihadapi manusia sebagai konteks (waqa’i) yang terus berkembang. Persoalannya adalah bagaimana merumuskan sebuah metode tafsir yang dianggap mampu menjadi alat untuk menafsirkan al-Qur’an secara baik, dialektis, reformatif, komunikatif-inklusif serta mampu menjawab perubahan, sementara al-Qur’an – dengan ayatnya yang tetap - turun ditengah budaya lokal Arab yang sama sekali berbeda kondisinya dengan problem kontemporer saat ini. Tampaknya peran penggunaan ilmu sosial dan humaniora sebagai alat bantu dalam penafsiran tidak dapat dianggap sepele.Strategi yang ia tawarkan adalah mendekonstruksi, merekonstruksi dan mengembangkan metodologi penafsiran al-Qur’an melalui konseptual baru yang sesuai dengan tantangan zaman, yakni : Pertama, pendekatan Semiotik yakni konsep "tanda" sebagai kata simbol yang menjamin secara logis dan konkret kebahasaan. Tawaran ini muncul karena ia memahami manusia sebagai animal symbolicium atau hewan yang mampu menggunakan, menciptakan dan mengembangkan simbol-simbol untuk menyampaikan pesan dari individu kepada individu lain. Teks dan konteks menjadi dua kata yang tak terpisahkan, keduanya berkelindan membentuk makna. Konteks menjadi penting dalam interpretasi, yang keberadaannnya dapat dipilah menjadi dua, yakni intratekstualitas dan intertekstualitas. Analisis semiotika akan mampu menggali hal-hal yang sifatnya subtle dari penggunaan bahasa seperti halnya tentang seperangkat nilai atau bahkan ideologi yang tersembunyi di balik penggunaan bahasa.Kedua, pendekatan antropologis, diharapkan mampu menampilkan esensi ayat al-Qur'an yang tampak akrab dan dekat dengan masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan jawabannya. Ayat al-Qur'an tidak lagi menjadi teks langit tapi al-Qur'an adalah teks bumi karena menggunakan bahasa bumi dan tentunya untuk kepentingan penduduk bumi. Melalui pendekatan ini, Arkoun ingin menggali faktor umum kemanusiaan, budaya dan agama masyarakat Timur Tengah
|
|
Publisher |
Institut Keislaman Abdullah Faqih Gresik
|
|
Contributor |
—
|
|
Date |
2017-02-25
|
|
Type |
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion Peer-reviewed Article |
|
Format |
application/pdf
|
|
Identifier |
http://ejournal.inkafa.ac.id/index.php/miyah/article/view/19
|
|
Source |
MIYAH : Jurnal Studi Islam; Vol 11, No 2 (2015); 281-306
2540-7732 1907-3453 |
|
Language |
eng
|
|
Relation |
http://ejournal.inkafa.ac.id/index.php/miyah/article/view/19/19
10.33754/miyah.v11i2.19.g19 |
|
Rights |
Copyright (c) 2017 MIYAH : Jurnal Studi Islam
http://creativecommons.org/licenses/by/4.0 |
|