Hakekat Jiwa dan Karakteristiknya Perspektif al-Qur'an
Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman
View Archive InfoField | Value | |
Title |
Hakekat Jiwa dan Karakteristiknya Perspektif al-Qur'an
|
|
Creator |
Muslimin, Muslimin
|
|
Subject |
Hakekat Jiwa
Karakteristik Jiwa Perspektif al Qur'an |
|
Description |
Dalam tradisi keilmuan Islam kajian jiwa mendapat perhatian penting. Hampir semua ulama, kaum sufi dan filosof muslim ikut berbicara tentangnya dan menganggapnya sebagai bagian yang lebih dahulu diketahui oleh seorang manusia. Karena dimensi jiwa dalam Islam lebih tinggi dari sekedar dimensi fisik karena jiwa merupakan bagian metafisika. Ia sebagai penggerak dari seluruh aktifitas fisik manusia. Meskipun saling membutuhkan antara jiwa dan jasad tanpa harus dipisahkan, namun peran jiwa akan lebih banyak mempengaruhi jasad. Sesungguhnya Islam memiliki sebuah konsep yang utuh mengenai jiwa. Setiap para ulama memiliki sebuah pandangan yang mengakar kuat pada tradisi Islam. Meskipun kita melihat kecenderungan para filosof muslim mengutip banyak pemahaman jiwa dari para filosof Yunani seperti Aristoteles, Plato, Galien, Platonis dan lainnya. Namun sejatinya konsep yang dikembangkan berdasarkan cara pandang seorang muslim sehingga apa yang dikemukakan tidak keluar dari koridor Islam. Pemahaman yang beragam dalam memahami eksistensi jiwa ini juga dalam rangka memahami kebenaran Mutlak yaitu Sang Pencipta. Maka ketika seseorang memahami dirinya, yaitu jiwa beserta seluruh yang ada pada diri manusia- maka ia akan mengenal TuhanNya. Dari kedua sumber ini yang kemudian kajian tentang jiwa menjadi lebih luas pembahasannya dalam Islam dibandingkan dalam tradisi di luarnya. Maka, menarik untuk dibahas bagaimana Islam menjelaskan tentang jiwa baik dari eksistensi, potensi maupun hakikatnya. Karena dimensi jiwa adalah bagian ayat-ayat kauniyah dimana peran akal menjadi utama dalam memahaminya. Selain memudahkan manusia mengetahui eksistensi dirinya juga terpenting mengetahui jiwanya akan memudahkan manusia mengenal Tuhannya. Jiwa dalam jasad itu bagaikan burung yang terkurung dalam sangkar,merindukan kebebasannya di alam lepas, menyatu kembali dengan alam ruhani, yaitu alam asalnya. Setiap kali ia mengingat alam asalnya, ia pun menangis karena rindu ingin kembali |
|
Publisher |
Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) Kediri
|
|
Date |
2017-12-16
|
|
Type |
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion |
|
Format |
application/pdf
|
|
Identifier |
https://ejournal.iai-tribakti.ac.id/index.php/tribakti/article/view/416
10.33367/tribakti.v28i1.416 |
|
Source |
Tribakti: Jurnal Pemikiran Keislaman; Vol. 28 No. 1 (2017): Jurnal Tribakti; 94-122
2502-3047 1411-9919 10.33367/tribakti.v28i1 |
|
Language |
eng
|
|
Relation |
https://ejournal.iai-tribakti.ac.id/index.php/tribakti/article/view/416/302
|
|